Selasa, 08 Januari 2013

Bersama Bank Mandiri, Hidup Lebih Mudah!

“Yok, kamu sudah mengambil gaji kita bulan ini?” tanyaku pada Yoyok temanku seorang guru Fisika. “Maman…Maman. Kamu masih kuno saja! Aku tidak pernah mengambil lagi gaji ke dinas. Sekarang aku sudah punya tabungan, jadi tinggal transfer saja!” jawab Yoyok sambil tersenyum kepadaku. “Kenapa sih, kamu tidak buka tabungan saja?” tanya temanku itu. “Malas, ah. Kamu lihat tidak di surat kabar, banyak kasus orang yang dicuri uangnya lewat ATM!” jawabku. “Memang, banyak kasus yang dicuri uangnya lewat ATM. Tapi itu karena salah mereka sendiri yang seenaknya memberikan nomor PIN-nya pada sembarang orang,“ jelas Yoyok mencoba menerangkan. “Pokoknya, aku tidak berminat untuk membuka tabungan. Titik! Biar aku pergi ke dinas sendiri saja,“ jawabku sambil berlalu meninggalkan Yoyok yang tersenyum melihat tingkahku. Aku lalu menyalakan sepeda motorku, dan bergegas menuju ke dinas pendidikan untuk mengambil gajiku bulan ini. Sebenarnya, bukan hanya persoalan pencurian di ATM yang membuatku enggan membuka tabungan di Bank. Pada waktu aku kuliah dulu, aku pernah membuka tabungan di salah satu Bank pemerintah. Tapi yang membuatku malas, karena harus mengantri dan mengisi formulir ini itu, jika hendak menabung atau mengambil tabungan. Itulah yang menimbulkan keenggananku menabung di Bank. Aku pernah diberitahukan, jika menabung di Bank Mandiri jauh lebih nyaman dibandingkan di Bank pemerintah. Dengan fasilitas ATM Mandiri maka kita tinggal mengambil uang dimana saja ATM Mandiri itu ada. Biasanya aku dan temanku Yoyok yang mengambil gaji bulanan di dinas pendidikan. Tetapi diam-diam temanku itu sudah mempunyai nomor rekening. Jadilah aku sendirian yang mengambil gajiku di dinas pendidikan. Guru-guru lain sudah memiliki nomor rekening. Maka tinggal akulah satu-satunya guru yang belum memiliki nomor rekening. Setelah satu jam perjalanan, akhirnya tiba juga di dinas pendidikan. Aku lalu bergegas menuju ke bagian bendahara dinas. Saat itu waktu telah menunjukan pukul tiga sore. Sesampainya disana, aku lihat keadaan kantor sudah sepi. Hanya tersisa beberapa orang yang sedang berbenah dan seorang petugas yang sedang membersihkan ruangan. “Maaf pak, saya numpang tanya. Kalau ibu Euis bagian bendahara kemana ya?” tanyaku kepada petugas kebersihan tersebut. “Oh…ibu Euis, sudah pulang dari tadi siang. Anaknya sedang sakit!” jawab petugas tersebut. “Memang ada keperluan apa, Pak?” tanya petugas tersebut balik bertanya. “Eh, anu pak. Saya mau mengambil gaji saya bulan ini,” jawabku. “Lho, bukannya gaji sekarang sudah di transfer lewat Bank, pak!” tanya petugas tersebut. “Iya, sih. Tapi saya tidak punya nomor rekening, pak,” jawabku. “Wah, bapak ini. Saya juga yang hanya petugas kebersihan disini, tapi sudah punya nomor rekening. Bahkan saya sudah punya kartu ATM-nya,” ujar petugas tersebut sambil mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan kartu ATM Mandiri dari Bank Mandiri. Aku hanya tersenyum. “Oh, iya. Kalau begitu terima kasih. Biar besok saya kembali lagi kemari,” jelasku sambil berlalu menuju ke tempat parkir. “Sial !” pikirku. “Coba aku punya nomor rekening di Bank Mandiri, pasti hari ini aku bisa membelikan hadiah di ulang tahun anakku,” batinku. Selama perjalanan aku menyesali kemalasanku membuka tabungan di Bank. Sesampainya di rumah aku ceritakan semua pengalaman hari ini kepada istriku. “Ya sudahlah pak! Tidak apa-apa, aku sudah memberikan anak kita hadiah. Dan lagi, dia tidak menanyakan hadiah, kok!” jawab istriku mengomentari ceritaku. “Mulai besok, kita coba buka tabungan saja di Bank, pak. Bagaimana?” tanya istriku. “Entahlah, bu. Aku masih malas untuk pergi ke Bank. Aku malas jika harus mengantri dan melewati tahapan-tahapan prosedurnya,” jawabku. “Pak, jangan samakan antara Bank swasta dan Bank negeri. Mungkin saja pelayanannya sekarang sudah lebih baik. Lagian bapak dulu menabung ketika bapak masih kuliah,” jelas istriku. Memang benar, aku menabung sudah hampir sepuluh tahun yang lalu. Tapi tetap saja aku tidak rela jika uang tabunganku dipotong oleh biaya administrasi. “Bisa-bisa uangku habis oleh biaya administrasi,” pikirku. Keesokan harinya, aku kembali lagi menuju dinas pendidikan untuk mengambil gajiku bulan ini. Sengaja aku datang agak pagi, agar ibu Euis bagian bendahara masih ada di kantornya. Dan ternyata benar dugaanku, ibu Euis baru saja tiba di kantornya. “Pagi, ibu Euis,” sapaku. “Eh, pak Maman. Katanya kemarin kesini ya?” tanya ibu Euis. “Betul bu. Kemarin saya kesini, tapi ibu sudah terlanjur pulang!” jawabku. “Iya, maaf. Kemarin anak saya sakit, jadi saya pulang lebih awal,” jawab ibu Euis. “Hanya tinggal gaji bapak Maman yang belum diambil. Kalau yang lainnya sudah saya transfer lewat Bank. Memang bapak tidak punya nomor rekening, pak?” tanya ibu Euis. “Eh, anu baru mau buat bu,” jawabku sedikit berbohong. “Oh, begitu! Nanti kalau bapak sudah punya nomor rekening, hubungi saya ya pak! Biar nanti saya tranfer lewat Bank saja. Jadi bapak tidak usah repot-repot datang kemari lagi!” jelas ibu Euis sambil menyerahkan amplop berisi gajiku bulan ini. “Iya, bu. Nanti saya beritahukan nomor rekening saya. Terima kasih bu!” ujarku. Malunya diriku, belum mempunyai nomor rekening. Akhirnya kuputuskan hari ini aku akan menuju Bank Mandiri. Sengaja aku memilih Bank Mandiri, karena pelayanannya yang nyaman. Tiba di Bank tersebut, aku disambut oleh senyuman hangat petugas keamanan. “Siang, pak. Ada yang bisa saya bantu?” tanya petugas keamanan tersebut. “Eh, anu. Saya mau buat tabungan. Kemana ya?” tanyaku dengan sedikit gugup. “Oh, silakan bapak mengambil nomor antrian ini. Dan tunggu di tempat yang telah disediakan,” jelas petugas tersebut sambil memberikan secarik kertas bertuliskan nomor antrian. Situasi Bank Mandiri tersebut sangat berbeda dengan ketika aku membuka tabungan di Bank pemerintah dulu. Suasananya begitu nyaman sekali. Tidak ada, bau tidak sedap keringat para nasabah. Dan udara panas yang biasanya menyambutku dulu, berganti dengan dinginnya udara yang keluar dari pendingin ruangan. Tak lama kemudian, giliranku dipanggil. “Selamat siang, silakan duduk! Ada yang bisa saya bantu?” tanya petugas customer service sambil tersenyum kearahku. “Eh, anu. Saya mau buka tabungan baru bagaimana caranya?” tanyaku sambil duduk di kursi. “Oh, mudah sekali pak. Bapak cukup menyerahkan fotokopi KTP dan mengisi formulir pendaftaran, selanjutnya bapak diwajibkan menyetorkan setoran awal sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah,” jelas petugas customer service tersebut. “Oh, begitu. Tapi saya belum punya fotokopi KTP-nya, biar saya fotokopi dulu!” jawabku sambil hendak berdiri. “Oh, tidak usah pak. Biar kami yang akan memfotokopi KTP, Bapak. Bapak tinggal mengisi formulir saja,” jelas petugas tersebut sambil meminta KTP-ku dan menjelaskan cara mengisi formulir. Kemudian petugas tersebut berlalu sambil, membawa KTP aku. Tidak selang beberapa lama, petugas tersebut datang kembali dengan membawa KTP-ku dan menyerahkannnya kembali. Dia lalu menjelaskan berbagai fasilitas lainnya. Salah satunya adalah ATM. “Bapak, dengan ATM Mandiri ini. Bapak tinggal mengambil uang di gerai ATM Mandiri mana pun juga. Bahkan kartu ATM ini bisa digunakan sebagai alat belanja,” jelas petugas tersebut.”Tapi, saya takut jika terjadi seperti kasus di koran yang dicuri lewat ATM,” tanyaku lagi. “Bapak tenang saja, selama nomor PIN-nya tidak bapak beritahukan kepada siapun, maka tabungan bapak akan aman,” jelas petugas tersebut. Akhirnya aku menggunakan fasilitas ATM Mandiri setelah mendapatkan penjelasan dari petugas tersebut. Sampainya di rumah, aku lalu tunjukan kartu ATM Mandiri pertamaku. “Wah, bapak sudah punya nomor rekening sekarang!” ujar istriku sumringah. “Iya, dong bu! Aku malu jika harus mengambil gajiku ke kantor dinas. Jadi mulai bulan depan aku tinggal mengambil di ATM Mandiri,” jelasku. “Tapi, pak. Bukankah bapak malas untuk antri di Bank?” tanya istriku. “Iya, sih tadinya aku berpikiran seperti itu. Ternyata Bank sekarang sudah lain dengan dulu. Bank sekarang begitu nyaman. Tidak harus antri lama. Bahkan tidak ada lagi aroma bau badan, nasabah yang kepanasan,” jelasku dengan dengan bahagia. Hari-hari berlalu. Dengan fasilitas yang Bank berikan, sekarang aku hampir tidak pernah membawa uang tunai kemana pun aku pergi. Jika hendak berbelanja cukup menggunakan kartu saja. Bahkan dengan menggunakan fasilitas dari Bank lainnya, aku bisa mengisi pulsa tanpa harus pergi keluar rumah. Tidaj hanya itu kemudahan yang ditawarkan Bank Mandiri. Saat ini aku berbisnis pengisian pulsa handphone. Cukup tinggal transfer lewat Bank, maka aku bisa menjalankan usaha sampinganku ini. Dan sebagai persiapan masa depan anakku, aku juga mengikuti program asuransi pendidikan. Sehingga ketika anakku besar nanti, aku tidak perlu khawatir mengenai biaya pendidikannya. Karena dari sekarang aku sudah mulai mencicil biaya untuk kuliahnya nanti. Istriku juga ikut-ikutan membuka rekening di Bank Mandiri. Walupun hanya baru sebatas untuk mengirim uang ke orangtuanya di Ciamis. Sehingga kami yang biasanya harus pulang kampung tiap bulan, sekarang tinggal transfer lewat Bank semua beres. Hidupku semakin mudah dengan adanya fasilitas pelayanan dari Bank.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar